Cart

Pendidikan

Mengenal Indonesia
Mengenal Indonesia
Hot

Mengenal Indonesia

Bahasa Indonesia menduduki urutan ke-8 dengan penutur terbanyak bahasa di dunia. Bahasa Indonesia pun menjadi salah satu bahasa asing yang menarik bagi bangsa lain untuk dipelajari. Beberapa alasan mengapa mereka mempelajari bahasa Indonesia karena letak Indonesia yang berkedekatan dengan negara mereka, misalnya negara Australia, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya. Alasan lain yang mendorong penutur asing mempelajari bahasa Indonesia adalah karena mereka ingin berkunjung ke Indonesia, mempunyai teman yang tinggal di Indonesia,atau bahkan Indonesia dianggap sebagai bahasa yang mudah. Memang pada awalnya para pembelajar beranggapan bahasa Indonesia itu mudah karena tidak mengenal perubahan kata kerja akibat perubahan waktu. Dibandingkan dengan bahasa Inggris yang memiliki dua bahkan tiga kata kerja yang berbeda untuk kata kerja yang sama
Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Berbasis Preferensi Industri Berdasarkan Minat Mahasiswa
Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Berbasis Preferensi Industri Berdasarkan Minat Mahasiswa

Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Berbasis Preferensi Industri Berdasarkan Minat Mahasiswa

Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang pesat mengikuti perkembangan zaman. Pada abad 21 dinamika perkembangan ilmu pengetahuan didominasi oleh perkembangan informasi dan teknologi terutama komputer dan digital yang memungkinkan setiap orang terkoneksi tanpa batas ruang dan waktu. Melihat perkembangn ini, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mencanangkan kurikulum Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) di mana kurikulum ini memberikan ruang kepada mahasiswa untuk memperoleh pengalaman belajar di luar prodi dan di luar kampus. Perubahan-perubahan baik perubahan zaman dan kurikulum Pendidikan tinggi harus segera direspon oleh semua elemen di Perguruan Tinggi termasuk hingga level program studi. Merespon hal ini, Prodi Sastra Inggris menerapkan kurikulum MBKM dengan mendorong mahasiswa untuk memiliki pengalaman belajar di luar prodi dan di luar kampus melalui program-program MBKM yang telah berjalan seperti Pertukan Pelajar Mahasiswa Mandiri, dan lain-lain di mana program-program ini dapat dikonversi ke nilai mata kuliah prodi dan mata kuliah praktek seperti PKL
Model Implementasi Pendidikan Multikultural Abdurrahman Wahid
Model Implementasi Pendidikan Multikultural Abdurrahman Wahid
Hot

Model Implementasi Pendidikan Multikultural Abdurrahman Wahid

By Madakir
Buku ini disusun untuk memberikan pemahaman kepada pembaca berkaitan dengan model implementasi pendidikan multikultural KH. Abdurrahman Wahid, atau yang biasa disapa dengan nama Gus Dur. Oleh karenanya, dalam buku ini dipaparkan mengenai ciri pendidikan multikulltural Gus Dur; nilai Pribumisasi Islam dalam konteks budaya santri, Humanisasi dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dan nilai Moderat. Buku ini menarik untuk dibaca mengingat, Indonesia merupakan negara multicultural terbesar di dunia. Perbedaan jika dikelola dengan profesional merupakan kekayaan bangsa yang sangat tiada ternilai. Namun sebaliknya jika tidak dikelola dengan baik maka akan menjadikan malapetaka dan bencana kemanusiaan. Terjadinya tindak kekerasan, tawuran pelajar dan akhir-akhir ini pula ada kelompok Takfiri yang mengklaim kebenaran sepihak, menganggap kafir yang tidak sefaham. Oleh karena itu, diperlukan gagasan yang dapat menyatukan bangsa yang besar ini (multikultural) melalui pendidikan. Gus Dur adalah seorang tokoh multikultural. Pemikirannya menjadi inspirasi dalam rangka menanamkan nilai-nilai multikultural kepada peserta didik sebagai bekal kehidupannya.
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Buku Model-Model Pembelajaran Matematika ini merupakan hasil kolaborasi dari sejumlah akademisi dan praktisi pendidikan yang memiliki perhatian mendalam terhadap peningkatan kualitas pembelajaran matematika di era transformasi pendidikan abad ke-21. Di tengah perubahan paradigma pendidikan yang mengedepankan keterampilan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif, buku ini hadir sebagai rujukan komprehensif bagi guru, dosen, mahasiswa pendidikan, dan pemerhati pendidikan. Buku ini menyajikan kerangka teoritis sekaligus aplikatif dari berbagai model pembelajaran matematika yang terbagi ke dalam beberapa pendekatan utama: model kontekstual, STEM, kooperatif, problem solving, open-ended, Realistic Mathematics Education (RME), project based learning (PjBL), hingga brain-based learning. Setiap model dikupas secara sistematis, mulai dari landasan filosofi, karakteristik, sintaks penerapan di kelas, hingga kelebihan dan tantangannya. Secara khusus, buku ini juga memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya inovasi dan adaptasi dalam pembelajaran matematika melalui integrasi teknologi, digitalisasi, serta kecerdasan buatan. Pembaca akan diajak untuk memahami bagaimana flipped classroom, blended learning, dan pembelajaran berbasis AI dapat mengubah cara guru mengajar dan siswa belajar. Penekanan pada fleksibilitas dan keberpihakan terhadap kebutuhan peserta didik menjadi benang merah dari keseluruhan isi buku. Dalam konteks Kurikulum Merdeka dan tantangan Revolusi Industri 4.0 serta Society 5.0, buku ini menjembatani kesenjangan antara teori pendidikan dan praktik pembelajaran matematika yang kontekstual, humanistik, dan transformatif. Disertai dengan contoh implementasi, rujukan ilmiah terkini, dan refleksi kritis terhadap tantangan pembelajaran, buku ini diharapkan mampu menjadi sumber inspirasi sekaligus panduan praktis dalam menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. Dengan cakupan materi yang luas, bahasa yang sistematis, serta relevansi yang tinggi terhadap kondisi pendidikan Indonesia saat ini, buku ini layak menjadi koleksi wajib bagi setiap pendidik matematika yang ingin terus berkembang dan berinovasi.
Pendidikan Agama dan Multikulturalisme di Perguruan Tinggi

Pendidikan Agama dan Multikulturalisme di Perguruan Tinggi

Buku Pendidikan Agama dan Multikulturalisme di Perguruan Tinggi membahas pentingnya integrasi antara pendidikan agama dan nilai-nilai multikultural dalam membentuk karakter mahasiswa yang religius, toleran, dan berakhlak mulia. Disusun oleh para akademisi dari berbagai latar belakang, buku ini menjadi jawaban atas tantangan globalisasi, radikalisme, serta krisis moral di lingkungan kampus. Pada bagian awal, penulis menyoroti urgensi pendidikan agama sebagai instrumen pembentuk kepribadian mahasiswa yang seimbang secara intelektual dan spiritual. Pendidikan ini tidak hanya mengajarkan ajaran keimanan, tetapi juga menanamkan toleransi dan etika sosial dalam kehidupan kampus yang plural. Selanjutnya, buku mengupas konsep multikulturalisme sebagai pendekatan untuk mengelola keberagaman budaya, etnis, dan agama. Ditekankan bahwa multikulturalisme bukan hanya tentang toleransi, melainkan juga keadilan, pengakuan, dan partisipasi setara dalam masyarakat. Buku ini juga menjelaskan bahwa agama mengandung nilai-nilai universal seperti keadilan, kasih sayang, dan kejujuran—yang sangat relevan dalam membangun masyarakat inklusif. Pendidikan agama di perguruan tinggi harus bersifat kontekstual dan dialogis agar dapat menjawab persoalan aktual mahasiswa. Akhirnya, sinergi antara kurikulum, metode pembelajaran, peran dosen, dan dukungan institusi menjadi kunci menciptakan kampus sebagai ruang moderasi beragama. Buku ini menjadi rujukan penting bagi akademisi dan pendidik dalam membangun sistem pendidikan tinggi yang inklusif dan humanis.
Pendidikan Kewirausahaan dan Kemandirian Santri
Pendidikan Kewirausahaan dan Kemandirian Santri

Pendidikan Kewirausahaan dan Kemandirian Santri

By Sufyan
Di Indonesia, pendidikan kewirausahaan di pondok pesantren semakin menonjol karena peran penting pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga mempersiapkan santri menjadi alumni yang mandiri dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat. Namun peran penting tersebut tidak akan berhasil jika konsep pendidikannya tidak tepat, minimnya sumber daya yang disiapkan, apalagi dengan implementasi yang asal-asalan. Konsep pendidikan kewirausahaan di Pondok Pesantren melibatkan pengintegrasian nilai-nilai agama dan keterampilan kewirausahaan dalam kurikulum. Selain itu, pembekalan ilmu agama khas pesantren dan karakter islami juga menjadi bagian integral dari program ini. Implementasi program dilakukan melalui integrasi kurikulum, penyiapan sumber daya, pembelajaran integratif, pelibatan santri secara maksimal, pembentukan kelompok usaha, pendampingan, kegiatan ekstrakurikuler, kontes kewirausahaan, kolaborasi dunia usaha, serta monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan. Tantangannya adalah keterbatasan sumber dana, keterbatasan SDM pengajar dan mentor berkualitas, resistensi terhadap perubahan, integrasi kurikulum agar selalu relevan, serta sangat padatnya kegiatan. Meski signifikan, tantangan dapat diatasi secara bertahap sehingga tidak mengganggu keberlangsungan program. Respons santri terhadap program ini sangat antusias dan positif, yang terlihat dari keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan kewirausahaan. Dampak positif juga dirasakan oleh alumni, di mana banyak dari mereka telah mampu menjalankan usaha sendiri dan mencapai kemandirian ekonomi
Pendidikan Multikultural Dalam Tafsir Al Mishbah: Analisis Isi Terhadap Surat Al Hujurat Ayat 13
Pendidikan Multikultural Dalam Tafsir Al Mishbah: Analisis Isi Terhadap Surat Al Hujurat Ayat 13

Pendidikan Multikultural Dalam Tafsir Al Mishbah: Analisis Isi Terhadap Surat Al Hujurat Ayat 13

By Rohmat
Paradigma pendidikan agama Islam yang berkembang di masyarakat, menuntut pendidikan agama yang berwawasan multikultural dalam menghadapi tantangan globalisasi, sehingga Islam benar-benar menjadi agama umat, dengan nilai-nilai yang mampu menjangkau ke semua ranah kehidupan, Masalah yang peneliti angkat dalam penelitian ini adalah terkait pendidikan multikultural yang terkandung dalam Al-Qur’an surat Al Hujura>t ayat 13, melalui tafsir Al-Misbah oleh M. Quraish Shihab. Buku ini disusun ntuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang pendidikan multikultural dalam perespektif kitab Tafsir al-Mishbah. Al-Qur’an Surat al-Hujura>t ayat 13 mengandung konsep pendidikan multikultural menurut tafsir Al-Misbah di dalamnya menyampaikan pesan tentang prinsip dasar hubungan antar manusia. Menurut Quraish Shihab multikultural merupakan paham keragaman dan perbedaan sebagai sunatullah. Menyikapi keragaman bukan berarti mencampur adukkan kebudayaan namun hidup dengan mengakui egaliter (Al-musa>wa / persamaan manusia), persaudaraan (ukhuwah), saling tolong menolong (ta’a>wun), dan saling mengenal (ta’a>ruf). Pendidikan multikultural dapat dijadikan sebagai solusi untuk dijadikan pijakan dalam menata pendidikan Indonesia menjadi lebih baik kaitannya dengan keberagaman masyarakat Indonesia. Pendidikan multikultural bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dalam masyarakat yang serba majemuk. Al-Qur’an dalam surat Al-Hujura>t ayat 13 secara tegas menjelaskan nilai-nilai pendidikan multikultural, yaitu: kesetaraan antara lelaki dan perempuan dan menghargai perbedaan antar suku bangsa.
Pengantar Statistik untuk Penelitian Pendidikan
Pengantar Statistik untuk Penelitian Pendidikan

Pengantar Statistik untuk Penelitian Pendidikan

Buku Pengantar Statistik untuk Penelitian Pendidikan ini dirancang untuk membantu mahasiswa, peneliti, dan praktisi dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep statistik yang relevan dengan penelitian di bidang pendidikan dan ilmu sosial. Buku ini mencakup dasar-dasar statistik, distribusi data, probabilitas, hingga teknik-teknik analisis statistik inferensial, baik parametrik maupun non-parametrik. Dengan pendekatan yang praktis dan dilengkapi dengan panduan penggunaan software statistik seperti SPSS, buku ini menjadi alat bantu yang esensial bagi mereka yang ingin menguasai analisis data statistik dan menerapkannya dalam konteks penelitian yang nyata. Setiap bab diisi dengan contoh konkret, studi kasus, serta langkah-langkah analisis yang sistematis, menjadikannya referensi yang komprehensif dan mudah dipahami.
PENGEMBANGAN MATERI PAI INKLUSIF DI ERA DIGITAL
PENGEMBANGAN MATERI PAI INKLUSIF DI ERA DIGITAL

PENGEMBANGAN MATERI PAI INKLUSIF DI ERA DIGITAL

Buku Pengembangan Materi PAI Inklusif di Era Digital merupakan karya ilmiah yang menyajikan pendekatan strategis dan komprehensif dalam merancang materi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang adaptif terhadap keragaman peserta didik dan kemajuan teknologi. Di tengah era digital dan tuntutan masyarakat multikultural, buku ini menawarkan solusi konkret terhadap tantangan eksklusivisme, keterbatasan akses, dan kesenjangan pedagogis yang masih dijumpai dalam praktik pendidikan agama. Buku ini memadukan fondasi inklusivisme dalam pendidikan Islam dengan transformasi digital, termasuk pemanfaatan teknologi pembelajaran, kecerdasan buatan (AI), dan desain bahan ajar kontekstual berbasis kearifan lokal. Materi yang dibahas meliputi strategi pengembangan bahan ajar di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, serta perancangan pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Buku ini juga mengupas bagaimana karakteristik generasi digital native memengaruhi pola pembelajaran, serta bagaimana guru dapat mengembangkan pedagogi digital yang efektif dan relevan. Selain itu, integrasi nilai-nilai Islam dengan prinsip pendidikan berkelanjutan (SDGs) menjadi salah satu sorotan penting dalam buku ini. Ditulis dengan pendekatan akademik yang aplikatif, buku ini sangat direkomendasikan bagi pendidik, pengembang kurikulum, peneliti, dan pengambil kebijakan yang ingin mewujudkan sistem pendidikan agama yang lebih inklusif, adaptif, dan berdaya transformasi di era digital.
Pengguron Sunan Gunung Jati Abad 15–16 M : Napak Tilas Diakronik UINSSC
Pengguron Sunan Gunung Jati Abad 15–16 M : Napak Tilas Diakronik UINSSC

Pengguron Sunan Gunung Jati Abad 15–16 M : Napak Tilas Diakronik UINSSC

Pengguron di Cirebon telah ada sebelum Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dilahirkan 1448 M.. Berdirinya Pengguron di Cirebon berawal dari kedatangan Syekh Hasanuddin dari Makkah 1418 M Syekh Nurjati dari Baghdad 1420 M., Walang Sungsang 1423 M., Rara Santang 1426 M (Ibunda Syarif Hidayatullah), dan Kian Santang 1428 M.,  dari Pajajaran dan bermukim di Grage (negarae wong gede) Cirebon. Pengguron, sebuah pendidikan Islam abad pertengahan, memiliki indikator spesial, dan elemen-elemen pengguron meliputi tajug, murid, rama guru, baiat, dan witana. Buku ini menelusuri tentang latar belakang munculnya Pengguron Sunan Gunung Jati, karakteristik Pengguron Sunan Gunung Jati, peranan pendidikan dan sosial politik Pengguron Sunan Gunung Jati dalam kehidupan umat Islam pada abad XV-XVI M., dan kedudukan Tarekat Syatariyah di Pengguron Sunan Gunung Jati. Mudah-mudahan buku ini dapat memotivasi penulis-penulis baru tentang Cirebon, berdasarkan aspek akademisnya masing-masing.
Peningkatan Kapasitas Guru Melalui In-Service Training
Peningkatan Kapasitas Guru Melalui In-Service Training

Peningkatan Kapasitas Guru Melalui In-Service Training

Hasil survey PISA dan TIMSS menunjukkan kemampuan siswa di Indonesia masih tergolong rendah, karena berada di peringkat ke-74 dari 79 negara yang berpartisipasi dalam PISA dan peringkat ke-45 dari 50 negara yang berpartisipasi dalam TIMSS. Hal ini menuntut pemerintah untuk segera bertindak agar mutu dan kualitas pendidikan dapat meningkat serta tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah implementasi program Asesmen Nasional. In-service Training merupakan suatu usaha pelatihan dan pembinaan yang memberikan kesempatan kepada seseorang yang mendapat tugas jabatan tertentu dalam hal ini guru untuk dapat mengembangkan kinerjanya. Untuk mendapatkan seorang guru yang kompeten dan profesional pada jenjang pendidikan dasar diperlukan pelatihan dan pendidikan. Kinerja Guru merupakan derajat keberhasilan seseorang memenuhi tanggung jawab utamanya sebagai guru dan memikul tanggung jawab penuh sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Model In-service Training berdampak positif dan sangat bermanfaat bagi guru dalam menunjang kinerjanya serta tiap sekolah mengharapkan kegiatan in-service training akan ada keberlanjutan sesuai dengan kebutuhan. Faktor pendukung dalam proses implementasi model In-Service Training dalam meningkatkan kinerja Guru adalah semua guru dan kepala sekolah mengikuti kegiatan dalam in-service training, guru merasa senang mengikuti kegiatan in-service training, kegiatan In-service Training berbasis kebutuhan sekolah. Sedangkan faktor yang menghambat dalam proses implementasi model In-Service Training dalam meningkatkan kinerja Guru adalah sarana yang ada di sekolah sangat minim terutama akses terhadap internet, kemampuan professional guru masih rendah kuhusunya dalam bidang IT atau digital dan kegiatan In-service Training bisa diselenggarakan ketika sekolah mendapatkan dana hibah berupa BOS Afirmasi atau peningkatan kemampuan guru secara terprogram sangat dipengaruhi oleh anggaran.
Pluralisme Perspektif Syakur Yasin Dalam Pendidikan Islam
Pluralisme Perspektif Syakur Yasin Dalam Pendidikan Islam
Hot

Pluralisme Perspektif Syakur Yasin Dalam Pendidikan Islam

Perbedaan suku, agama, warna kulit, dan antar golongan sebagai kondisi nyata yang diwarisi turun temurun, merupakan unsur-unsur kekayaan yang mewarnai khasanah budaya bangsa dapat menjadi gejala positif, tetapi juga dapat menjadi fenomena yang menakutkan, sekaligus ancaman potensial bagi eksistensi bangsa dan menipisnya rasa nasionalisme. Dengan adanya perbedaan tersebut bisa memunculkan pemahaman tentang konsep pluralisme dalam pendidikan Islam, khususnya seperti yang dikemukakan Buya Syakur Yasin. Keunikan pemikiran Buya Syakur Yasin tentang pluralisme adalah realita kehidupan di dunia ini menunjukan kemajemukan dan aneka ragam suku bangsa, warna kulit, bahasa, dan agama yang bebeda-beda mendapat pengakuan dari Allah sebagai realita. Pluralisme juga dalam pemikirannya merupakan pertemuan kesepakatan atau komitmen antar warga (Encounter of Commitment) dalam paham pluralisme tidak berarti seseorang harus meninggalkan agama atau keyakinannya, karena substansi pluralisme adalah bertemunya suatu kesepakatan yang sinergis antara yang satu dengan yang lainnya. Pluralisme menggabungkan kesadaran sosial di samping pemahaman teologis. Gagasan bahwa masyarakat hidup dalam masyarakat majemuk dengan aspek keberagaman agama, budaya, suku, dan lainnya, antara lain, terpengaruh oleh hal ini. Pendidikan Islam formal dan informal, menurut Buya Syakur, menjadi jembatan bagi peserta didik untuk mengembangkan nilai-nilai inklusif atau pluralistik. Pendidikan Islam terutama didasarkan pada ajaran Alquran. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus mengedepankan etika sosial agar pesan humanistik yang terdapat dalam kitab suci dapat menjadi model interaksi sosial yang santun.